Ibu

Tiga hari setelah Persija melaksanakan latihan perdana untuk mempersiapkan tim mengarungi liga di tahun 2018, di tiga hari ini intensitas latihan sedikit tinggi karena memang seperti biasanya pada saat awal pembentukan tim selalu yang di mulai dari kondisi fisik dari para pemain. Jadi saya sudah tidak kaget dengan program seperti ini.

Di artikel ini saya tidak akan membahas latihan di dalam tim, mari kita ikuti saja artikel ini yang akan mengalir. Saat ini tanggal 20 Desember 2017, tidak seperti biasanya 19.00 saya sudah bisa bertemu buah hati yang bernama BInar Jiwa Ardhiyasa, tidak seperti hari-hari sebelumnya saya biasa tiba di rumah 20.00, bahkan sampai 21.30. Di hari ini sebuah keberuntungan bagi saya, bisa tiba di rumah lebih awal.

Di rumah bukan hanya BInar yang selalu menunggu kehadiran saya, ada istri tercinta Citra Destie Arlinda Sari yang selalu menunggu kehadiran pangerannya pulang setelah berjuang mencari nafkah. Ketika sesampai di depan gerbang rumah setelah berjuang, selalu ada dua bidadari cantik dengan senyuman manisnya yang selalu menunggu kehadiran sang pangeran. Senyuman itu yang selalu membuat saya bisa melupakan rasa lelah setelah seharian berjuang demi mereka, terima kasih dua bidadari cantik.

Citra selalu mengantarkan saya ke pintu gerbang saat saya akan pergi mencari nafkah, dan dia selalu menyambut kehadiran saya ketika saya datang. Hal kecil itu yang selalu membuat saya termotivasi untuk berjuang memberikan yang terbaik untuk keluarga kecil ini. Saat ini dia sedang mengandung anak kedua kami yang sudah berusia 5 bulan, begitu gigihnya merawat Binar yang masih berusia 2 tahun 7 bulan bisa dibayangkan anak seusia Binar sedang aktifnya, dan saat ini dia mengandung anak kami yang sudah berusia 5 bulan, sungguh hebatnya bagi saya perjuangan seorang ibu.
Jauh sebelum hadirnya seorang Citra di dalam kehidupan seorang Andritany, ada seorang perempuan hebat yang telah mengandung, melahirkan, dan juga membesarkan saya. Orang itu bernama Neni Juliani, itulah orang yang telah mengandung saya selama 9 bulan lamanya, dan juga membesarkan saya sampai seperti ini.

Ketika saya mengingat perjalanan ketika dahulu sampai saat ini selalu ingin meneteskan air mata, begitu sabar, dan juga gigihnya seorang ibu yang selalu menunggu anaknya saat sekolah, dan seteah itu mengantar anaknya latihan sampai malam tiba. Terkadang hujan deras menjadi penghalang kami ketika ingin berangkat latihan, atau setelah latihan. Tetapi dengan penuh semangat kami tidak pernah berhenti untuk berlatih. Bukan hanya latihan, ketika malam tiba dia selalu mengajarkan saya pelajaran yang ada di sekolah, bisa dibayangkan begitu hebatnya peran seorang ibu.

Mungkin tepat sekali ketika di agama saya yang selalu mengatakan ibu, ibu, ibu, baru ayah. karena memang lebih besar peran seorang ibu untuk kesuksesan anaknya, walaupun tidak harus kita kesampingkan peran seorang ayah yang sebagai pencari nafkah. Karena bagaimanapun seorang ibu, tetap surga selalu ada di telapak kakinya, bukan berarti kita tidak harus hormat kepada ayah, karena kunci sukses dari seorang anak yaitu dari kedua orang tua terutama ibu, yang telah mengandung, melahirkan, membesarkan, dan juga mengenalkan kita dengan dunia tanpa mengenal kata pamrih.

Kita harus selalu ingat, dari rahim seorang ibu akan lahir calon seorang ibu.

‘’Selamat hari Ibu, terima kasih engkau telah melahirkan kami kedunia yang elok ini’’

TAMAT….