Memadamkan Bandung Lautan Api

Di Jum’at pagi yang cerah, saya memacu roda empat menuju bilangan Halim Perdana Kusuma, tempat yang saya tuju di pagi itu adalah mess pemain Persija Jakarta. Pagi itu tim Persija ada sechedule ke Bandung untuk melakoni pertandingan away liga 1. Lawan yang akan di hadapi pada Sabtu 22 Juli 2017 adalah Persib Bandung, yang esensinya adalah rival dari Persija.

08.00 WIB bus yang di tumpangi tim Macan Kemayoran bergerak menuju tanah Pasundan. 12.00 WIB tim Persija tiba di salah satu hotel di daerah Pasteur Bandung, perjalanan yang memakan waktu lebih kurang 4 jam.

16.30 WIB Persija melakukan latihan ringan di halaman hotel tempat tim tinggal. Yang pada semestinya tim Macan Kemayon mendapatkan jatah untuk uji coba lapangan, atau official training di Glora Bandung Lautan Api tetapi tim Persija tidak ingin mengambil resiko yang akan berdampak merugikan tim, apa lagi pemain.

Situasi di dunia maya sudah mulai panas ketika itu, memang tidak bisa kita pungkiri bahwa pertandingan antara Persib vs Persija yang menyita emosi bagi para supporter kedua tim, atau bahkan para pencinta sepak bola, karna pertandingan kedua tim ini selalu dinanti-nanti publik Indonesia, publik hanya ingin melihat drama apa yang akan terjadi di dalam Pertandingan.

Sore itu setelah latihan ringan, kondisi badan saya mulai sedikit drop. Pada akhirnya saya meminta obat untuk menjaga agar kondisi badan saya tetap stabil. 19.37 setelah acara makan malam bersama tim, saya langsung menuju kamar, tarik selimut, dan lekas menuju mimpi. Tidak lama berselang setelah saya menarik selimut, tidak di sangka teman sekamar saya melakukan hal yang sama, demam, dan flu menyerang seorang Ramdani Lestaluhu. Bisa dikatakan kami berdua terserang flu yang berat ketika itu.

Mentari di Sabtu pagi sudah mulai tinggi, saya terbangun dari mimpi, mimpi yang menjadi bunga tidur saat itu, Persija takluk 2-0 di GBLA tersentak saya bangun dari mimpi yang buruk di pagi itu. Setelah bangun dengan keadaan sedikit panik, saya menuju kamar mandi untuk menyadarkan diri sepenuhnya. Setelah sadar sepenuhnya, saya bergegas keluar dari kamar menuju restoran dengan perut yang sudah lapar, pagi itu saya melahap dua croissant, dan secangkir kopi. 30 menit lamanya saya menikmati menu sarapa di hotel Topaz, setelah itu saya mencari sinar matahari untuk sekedar menghangatkan tubuh yang dingin, karena sejuknya kota Bandung.

Setelah beberapa menit menikmati hangatnya mentari kota Bandung, saya kembali ke kamar, dan menemui rekan sekamar yang akan pergi ke restoran untuk menyantap menu sarapan yang ada. Blanket saya tarik kembali untuk menutupi tubuh saya yang masi merasakan dinginnya kota Bandung, flu dan demam yang masih saya derita di pagi itu. Obat yang di beri oleh dokter tim selalu tidak pernah telat saya minum, air mineral sudah habis sebanyak 2 botol yang berukuran 1,5 liter hanyak untuk satu malam. Tetapi flu, dan demam masih hinggap di tubuh saya.

Pada hari itu pertandingan berlangsung malam hari, sekitar 8 jam sebelum kickoff tubuh saya masih dalam kondisi 50%, dan bila coach bertanya pagi itu, saya akan mengatakan tidak siap untuk bertanding, mengapa?. Karena saya tidak ingin merugikan diri sendiri, dan juga teman-teman apalagi tim.

Pagi itu saya mencoba tidur, tetapi mata ini tidak bisa terlelap dengan mudah. Banyak hal yang pada akhirnya saya kerjakan agar mata ini bisa tertutup pulas. Sampai pada akhirnya mata ini terlelap dengan sendirinya. Sekitar 1 jam 30 menit saya tertidur tiba-tiba alaram yang saya set untuk makan siang berdiring pada pukul 12.20 di karenakan harus makan siang bersama dengan tim pada pukul 12.30, saya bergegas mengganti menggunakan seragam kebesaran. Makan siang selesai, dan saya kembali ke kamar. Terlihat pada sesi makan siang suasana tim sangat hangat, dan saya melihat terkadang ada sedikit candaan dari para pemain senior untuk mencairkan suasan.

Setelah makan siang saya kembali ke kamar, dan saya harus meminum obat yang di beri oleh dokter, agar keadaan semakain membaik. Tidak lama setelah obat saya minum, dan suasana diluar kamar hujan yang begitu deras membuat mata ini mudak terpejam. Tidak pernah lupa saya selalu mesetting alaram untuk persiapan meeting sebelum pertandingan, 14.45 alaram saya berdering dikarenakan 15.45 saya dan tim briffing sebelum pertandingan. Dengan kondisi tubuh yang mulai membaik tetapi tidak dengan 100% fit saya berani mengambil keputusan untuk bertanding.

Adrenaline yang begitu tinggi memberanikan saya untuk mengambil sebuah resiko besar saat itu. Dan saya sadar betul, ketika saya ambil keputusan itu, saya sedang mewakili sebagian besar masyarakat kota Jakarta, dan yang lebih spesifik adalah The Jakmania.

16.30 tim menuju GBLA dengan cuaca hujan, kita menggunakan barracuda agar tidak terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan. Sesampai di sekitar GBLA cuaca agak sedikit mendung, dan sepertinya akan turun hujan sama halnya dengan cuaca di hotel tempat kami tinggal. Ketika itu ribuan Viking atau Bobotoh sudah memadati area GBLA, bagusnya pada hari itu tidak ada satu pun dari suporter Persib Bandung yang menyentuh atau melempar kendaraan barracuda yang kami tumpangi. Saya pribadi tidak menyangka, 16.50 kami telah mendarat mulus di GBLA suasana di stadion sudah full, saya rasa tidak ada lagi kursi yang tersisa.

Dua jam sebelum kickoff suasana ruang sakral tim begitu hangat, canda, tawa menujukan bahwa suasa tim dalam keadaan harmonis. Tidak ada satu pun pemain yang terlihat tertekan secara mental ketika itu, dan ada beberapa pemain bercerita tentang bagaimana untuk pertama kalinya menumpangi kendaraan barracuda, yang notabene adalah kendaraan untuk menangani teroris, atau alat untuk pengusiran masa.

17.50 Semua pemain sudah siap untuk melaksanakan warm up, disini mulai terlihat wajah-wajah garang para pemain, sebagai mana seperti seekor macan yang ingin menerkam lawan. Terkadang ada satu, atau dua pemain yang mengaung bagaikan macan yang sedang kelaparan, tetapi biasanya pemain itu sedang menghilangkan rasa nervous yang menyelimuti dirinya.

Tim di pimpin captain Ismed Sofyan untuk memasuki lapangan, dan memberi penghormatan kepada para seluruh penonton yang datang ke GBLA. Ketika kaki saya menginjak rumput lapangan, adrenalin saya semakin meninggi disaat itu juga semua penyakit yang saya derita sebelum pertandingan hilang seketika. Suasana stadion membangkitkan semangat saya, yang pada akhirnya melupakan segalanya, yang ada di pikiran saya ketika itu hanya “do the best for victory”,tidak ada pikiran lain yang terlintas di kepala ketika itu.

18.30 kickoff pertandingan dimulai, tetapi sebelum memulai pertandingan saya selalu melakukan ritual yang hampir disetiap pertandingan tidak pernah terlewatkan. Membuat garis lurus tepat di kotak pinalty, berjalan perlahan seakan menghitung langkah menuju box goal area membuat garis lurus sama seperti di kotak pinalty, perlahan berjalan menuju garis gawang, dan membuat hal yang sama seperti dua sebelumnya. Tidak sampai disitu, saya menuju tiang kanan, dan tiang kiri. Di akhir saya berada di tengah gawang dan berdoa kepada yang maha Esa.

Pertandingan dimulai. Tempo pertandingan sangat cepat sejak ditiupnya peluit oleh sang pengadil, serangan silih berganti. Pada menit 14 Persib Bandung memimpin jalannya laga, tetapi hanya berselang 4 menit, tendangan keras dari Ramdani berhasil menyamakan kedudukan. Score 1-1 tidak berubah sampai akhir laga.

Pada pertandingan tersebut beberapa kali ada gesekan antar pemain, tetapi gesekan tersebut masih dalam batas yang wajar. Memang pertandingan besar selalu ada pride tersendiri untuk memenangkan pertandingan, apa lagi di laga antara Persib dengan Persija, hampir bisa dipastikan akan timbul persoalan.

Pada di akhir pertandingan ada perselisihan antar pemain, yang membuat para penonton terprovokasi. Pada saat itu akhirnya lemparan botol mineral, dan lemparan fler terjadi, tetapi para anggota kepolisian cepat mengevakuasi pemain Persija, dan tidak hanya kepolisian beberapa pemain Persib juga ikut membantu menjaga kami. Saya, Bepe, Ambrizal Umanailo, dan Rohit Chan adalah pemain Persija yang terakhir masuk ke ruang ganti. Dan insiden saat itu tidak separah seperti yang ada di media, buktinya kami sebagai pemain masih bisa menikmati perjalanan pulang ke Jakarta dengan happy, dan tidak ada masalah.

Sekalipun ada masalah tentu kami akan lupa, karena kami baru saja berhasil memadamkan kobaran api di Gelora Bandung Lautan Api dengan 10 prajurit yang tangguh.

Tamat….