Di satu pagi setelah sehari usai perayaan kemenangan Persija sebagai juara kompetisi Liga 1 2018, seorang Andritany membuat artikel tentang perjalanan hidupnya sepanjang 2018.
Tahun 2018 hanya tinggal menyisakan dua pekan lagi dan tahun 2019 sudah depan mata. Seperti biasa, tentu kita pastinya akan mengatakan bahwa tahun 2018 hanyalah tinggal penggalan cerita kenangan sedih, senang, dan bangga yang telah dilalui.
Lalu seperti apa yang seorang Andritany menulis artikel perjalanannya sepanjang 2018 yang diliputi oleh berbagai rasa sedih, senang, dan diakhiri dengan bangga itu? Juara Piala Presiden 2018, debut di AFC Cup bersama Persija, mengalami cedera patah tulang wajah, kelahiran buah hati keduanya, menjadi satu-satunya pemain sampai saat ini di Indonesia yang dua kali bermain di ajang multi event Asian Games, melakoni debut di Piala AFF, hingga Juara Liga 1 bersama Persija setelah menunggu 17 tahun lamanya. Semuanya terjadi di tahun 2018.
Seorang Andritany mengawali pembukaan tahun 2018 dengan menerima tawaran perpanjangan kontrak selama 2 tahun dari Persija. Tanpa berpikir panjang, perjanjian kerja tersebut langsung di tandatanganinnya.
Pertandingan resmi pertamanya di tahun 2018 terjadi dalam laga Persija kontra Borneo FC di Stadion Kapten I Wayan Dipta Gianyar Bali, pada Rabu, 24 Januari 2018 dalam turnamen Piala Presiden 2018. Dilanjutkan dengan menjadi juara di ajang yang sama untuk pertama kalinya dengan mengalahkan Bali United dengan skor 3-0 dalam partai puncak yang digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno pada 17 Februari 2018.
Lalu Andritany melakoni laga perdananya bermain di ajang AFC Cup saat dijamu tim besar Johor Darul Ta’zim FC di Stadion Larkin, Johor Bahru Malaysia pada 14 Februari 2018. Kami kalah dengan skor 3-0. Laga itu berlangsung hanya 3 hari jelang laga final Piala Presiden 2018.
Tidak lama setelah berselang final Piala Presiden 2018, bergulirlah kompetisi Liga 1. Disela-sela bergulirnya kompetisi Liga 1, PSSI mempersiapkan tim nasional (timnas) U-23 untuk mengarungi pergelaran multi event Asian Games 2018 dimana Indonesia menjadi tuan rumah untuk kedua kalinya. Andritany menjadi bagian dalam persiapan menghadapi hajatan besar olahraga Asia ini. Sama dengan keikutsertaan timnas cabang olahraga sepakbola Indonesia di ajang Asian Games, seorang Andritany pun bermain dua kali secara burturut-turut, Asian Games 2014 Incheon Korea Selatan dan Asian Games 2018 Jakarta-Palembang Indonesia.
Pada bulan Mei Andritany harus naik ke meja operasi akibat berbenturan dengan pemain timnas Uzbekistan dalam pertandingan Anniversary PSSI di Stadion Pakansari Cibinong Kabupaten Bogor pada Kamis, 3 Mei 2018. Insiden itu membuat Andritany harus “bersahabat” dengan 4 pen dan 13 sekrup yang dipasang di bagian wajah sebelah kanannya serta menepi dari lapangan hijau selama sembilan minggu.
Akibat kondisi ini, publik menilai bahwa Andritany tidak akan bisa mengawal gawang timnas Indonesia di ajang Asian Games mengingat waktu yang sudah terlalu mepet. Namun berkat kemauan dan rasa ingin sembuh yang tinggi, Andritany dapat kembali pulih lebih cepat dari prediksi banyak orang. Memang tidak mulus seperti apa yang ada di benak para pembaca. Seorang Andritany bisa dibilang “bengal” dan terus memaksa diri untuk melupakan trauma ini.
Satu hal lain yang ikut membantu proses pemulihan Andritany bisa lebih cepat tentunya adalah kehadiran buah hati keduanya, Benjamin Semesta Ardhiyasa. Ben lahir empat hari pasca operasi pada bagian wajah Andritany. Kelahiran Ben jelas memberikan semangat dan motivasi bagi ayahnya untuk segera bangkit. Ben adalah dorongan psikologis yang punya makna tersendiri buat Andritany.
Kembali setelah pulih dari cedera, Andritany belum bisa mengembalikan performa terbaiknya seperti sebelum ia mengalami cedera. Beberapa kali Andritany melakukan kesalahan yang pada akhirnya membuat Persija harus kehilangan poin. Dari kesalahan yang Andritany lakukan, kritik pun banyak datang menghampirinya, dari orang-orang terdekat, coach, dan juga suporter Persija. Bukan hanya kritik, banyak pula pertanyaan, apakah seorang Andritany masih pantas untuk mengawal gawang timnas Indonesia?
Semua kritik dari orang-orang terdekat, coach, dan suporter, dia sadar sebagai bukti betapa besarnya cinta mereka terhadap tim dan Andritany. Andritany pun sadar bahwa mereka mengkritik bukan atas dasar benci terhadap sosok dirinya, tetapi karena mereka ingin melihat bagaimana Andritany bermain seperti saat sebelum cedera.
Andritany berhasil menjawab kritik atau tanda tanya besar dari suporter itu dengan membuktikan bahwa ia bisa bermain di Asian Games dan Piala AFF 2018, walau hasilnya tidak seperti yang kita semua inginkan bersama. Meski sempat menjadi sasaran bully dari netijen saat event Asian Games, Andritany tetap masih dipercaya berada di bawah mistar timnas dalam Piala AFF 2018. Walau timnas akhirnya gagal di Piala AFF 2018, namun ini adalah debut bagi Andritany di ajang sepakbola bergengsi antar-negara Asia Tenggara.
Dari berbagai cerita ini, menjadi juara Piala Presiden, bermain pertama kali di AFC Cup, mengalami cedera patah tulang wajah, kelahiran Benjamin, kembali bisa berlaga di Asian Games, menjalani debut bermain di Piala AFF, dan membawa Persija menjadi juara Liga Indonesia, dapat dibayangkan seberapa pun terjalnya perjalanan seorang Andirtany tapi pada akhirnya berbuah manis.
Itulah mengapa dalam setiap postingan media sosialnya, Andritany selalu memuat quote “Never Give Up and Stay Strong”. Karena nilai-nilai dalam kutipan inilah yang selalu tertanam dalam diri seorang Andritany Ardhiyasa. Tak pernah menyerah dan tetap kuat.
Never Give Up and Stay Strong.
Tamat….