Arogan

Dua hari selang Persija Jakarta berhasil mengangkat Piala Menpora 2021, artikel ini saya buat. Saya membuat artikel ini tak lama setelah saya menghadiri acara press conference di salah satu hotel yang berada di bilangan Kemang, Jakarta Selatan tadi malam. Jumpa pers ini diadakan oleh Persija Jakarta terkait perjalanan serta kesuksesannya meraih Piala Menpora 2021, sebuah turnamen pemanasan sebelum kompetisi Liga 1 yang rencananya dihelat mulai 3 Juli 2021. Tentu saja banyak cerita suka dan duka yang dilalui tim Macan Kemayoran di event ini. Mulai dari cacian, kritik, hingga hinaan yang deras menghampiri skuat asuhan Coach “Jenderal” Sudirman.

Namun sesuai dengan judul artikel ini, saya tidak mengulas tentang perjalanan Persija dalam hajatan pra-musim ini. Saya akan menyajikannya dalam kesempatan mendatang. Para pembaca pasti agak bingung tentang apa hubungan antara presscon Persija juara Piala Menpora 2021 dengan judul artikel ini. Acara jumpa pers ini dihadiri oleh Mr. Panca, selaku presiden klub, dan Coach Dirman. Sementara saya hadir sebagai pembicara atau narasumber yang mewakili para pemain Persija.

Saat saya tiba di lokasi, Coach Dirman beserta para ofisial sudah terlihat di sana menunggu waktu berbuka puasa. Begitu adzan Magrib berkumandang, kami pun bergegas membatalkan ibadah puasa yang sedang kami jalani. Gelak canda tawa dan berbincang ringan menemani momen berbuka puasa bersama kami. Bukan hanya dengan coach dan para ofisial, beberapa teman dari media yang sudah datang pun ikut ambil bagian. Suasana sangat hangat karena kebetulan dari beberapa teman media yang hadir, saya sudah kenal dan bahkan pernah berkerjasama dengan saya. Tidak terasa waktu berlalu begitu cepat dan tiba saatnya acara inti semalam pun dimulai. Tepat pada pukul 19.00 WIB, mas Bambang Pamungkas, selaku pemandu acara, membuka acara tersebut.

Narsum pertama yang mendapatkan kesempatan berbicara adalah Mr. Panca, selaku presiden klub. Beliau mengucapkan rasa syukur karena tim Persija sukses memboyong Piala Menpora ke Jakarta. Kesempatan berbicara selanjutnya diberikan kepada Coach Dirman. Tidak jauh berbeda dari apa yang dibicarakan oleh Mr. Panca, Coach Dirman berterima kasih kepada para pemain, manajemen, para staf pelatih, dan seluruh ofisial yang telah bekerja keras sehingga mampu mempersembahkan tropi ini bagi Jakarta. Tak ketinggalan pula apresiasinya kepada the Jakmania atas dukungannya. Berikutnya giliran saya sebagai perwakilan pemain yang berbicara. Saya mengatakan, “Saya sampaikan rasa syukur karena kami telah membawa piala ini ke Ibu Kota. Piala ini untuk Persija, warga Jakarta, dan khusunya the Jakmania. Saya mengutip sepenggal ungkapan yang berbunyi ‘laki-laki yang dipegang adalah omongannya’. Ungkapan ini saya lontarkan karena saya pernah berjanji pada tanggal 20 Maret 2021, sebelum tim berangkat ke Piala Menpora. Di acara pelepasan tim di kediaman Mr. Panca, saya mengatakan bahwa kalau target dari manajemen adalah menembus Tiga Besar, saya justru membuat target untuk membawa Piala Menpora 2021 pertama kalinya ke Ibu Kota. Janji saya telah tepati dan saya bersama tim adalah laki-laki sejati yang menepati janji”.

Setelah kami bertiga berbicara, sesi berikutnya adalah Q&A. Banyak teman-teman dari media yang bertanya tentang Coach Dirman dan peran saya sebagai kapten tim. Ada juga yang bertanya kepada Mr. Panca terkait masa depan pelatih kepala di tim. Namun dari banyaknya pertanyaan seputar tim, muncul satu pertanyaan di luar konteks yang menarik di sesi tanya-jawab ini. Pertanyaan menarik yang ditujukan buat saya ini terkait bagaimana sikap saya yang tidak dipanggil lagi ke tim nasional (timnas) di bawah asuhan Coach STY. Dengan santai saya menjawab bahwa untuk saat ini saya harus fokus di Persija. Jika saya bermain bagus di Persija, pelatih tentu tidak akan menutup mata. Saya pun bertekad akan membuat dia (STY) pusing karena sebenarnya dia telah salah tidak memanggil saya ke timnas. Beberapa orang bertepuk tangan mendengar pernyataan saya ini. Saya sadari bahwa pernyataan saya ini akan menjadi “berita panas”. Panas karena memang pernyataan ini terkesan arogan. Tapi tentu saja ada alasan mengapa saya mengeluarkan pernyataan itu.

Saya yakin dan tahu bahwa Coach STY ingin melakukan regenerasi pemain timnas kita, maka dari itu saya tidak lagi dipanggil masuk ke sana. Bisa jadi kualitas yang saya miliki pun di luar dari ekspektasi beliau. Lalu pertanyaannya, mengapa saya tidak berbicara soal regenerasi, kualitas, dan ekspektasi ini dalam menjawab pertanyaan terkait sikap Andritany yang tak dipanggil Coach STY ke timnas lagi. Perlu diketahui bahwa saya tidak akan pernah mengeluarkan pernyataan resmi seperti itu. Jika saya membuat statement tersebut, itu sama saja artinya saya mencari aman dan tidak ingin memacu diri untuk meraih prestasi lebih. Pernyataan seperti itu tidak berbeda dari sebuah cara “menyalahkan” orang lain atau keadaan. Saya tidak tertarik untuk menyalahkan siapa dan apa pun. Saya juga tidak ingin mencari alibi atau kambing hitam terhadap apa yang terjadi pada diri saya.

Saya adalah orang yang suka dengan tantangan. Saya kerap menciptakan berbagai tantangan atau target tinggi buat diri saya sendiri. Hal ini saya lakukan agar saya bisa menjadi lebih baik lagi dan mampu menggali potensi yang ada dalam diri saya. Salah satu cara saya menciptakan tantangan dan terget adalah dengan membuat penyataan yang tentunya akan terus tertanam dalam benak saya.

Tujuan saya menyampaikan pernyataan yang terkesan arogan saat presscon tadi malam adalah sebagai upaya saya yang sedang memotivasi atau men-challenge diri saya sendiri untuk bisa membuktikan kepada Coach STY. Orang bebas saja mengatakan bahwa pernyataan saya di presscon semalam adalah pernyataan yang arogan. Namun saya sendiri memaknainya sebagai sebuah pernyataan motivasi untuk diri sendiri. Pernyataan yang akan mencambuk diri saya untuk memberikan yang terbaik untuk diri saya, keluarga, dan negara yang saya cintai.

Never give up and stay strong
===